Blogger Widgets
  • Posted by : Sabila Purya Friday, February 19, 2016



    DI HUTAN PURBAKALA
    BERDIRILAH SEKOLAH KEBAIKAN DAN KEJAHATAN
    DUA MENARA BAGAI KEPALA KEMBAR
    SATU UNTUK YANG TULUS
    SATU UNTUK YANG KEJI
    SIA-SIA MENCOBA KABUR
    SATU-SATUNYA JALAN KELUAR ADALAH
    MELALUI DONGENG
     SINOPSIS:

    Judul : The School for Good and Evil (Sekolah Kebaikan dan Kejahatan)
    Penulis : Soman Chainani. (Penerjemah: Kartika Sofyan)
    Penerbit : Bhuana Sastra
    Tebal : 580 halaman
    Tahun ini, Sophie dan Agatha digadang-gadangkan menjadi murid Sekolah kebaikan dan Kejahatan yang legendaris, tempat anak-anak laki-laki dan perempuan dididik menjadi pahlawan dan penjahat dalam dongeng. Dengan gaun pink, sepatu kaca, dan ketaatannya pada kebajikan, Sophie sangat yakin akan menjadi lulusan terbaik Sekolah Kebaikan sebagai putri dalam dongeng. Sementara itu, Agatha, dengan rok terusan warna hitam yang tak berlekuk, kucing peliharaan yang nakal, dan kebenciannya pada hampir semua orang, tampak wajar dan alami untuk menjadi murid Sekolah Kejahatan.

    Namun, ketika kedua gadis itu diculik oleh Sang Guru, terjadi sebuah kesalahan. Sophie dibuang ke sekolah kejahatan untuk mempelajari Kutukan Kematian; sementara Agatha masuk ke sekolah kebaikan bersama para pangeran tampan dan putri cantik mempelajari Etiket Putri. Bagaimana jika ternyata kesalahan ini adalah petunjuk pertama untuk mengungkap diri Sophie dan Agatha yang sesungguhnya?

    Novel The School for Good and Evil merupakan novel yang ditulis oleh Soman Chainani yang berhasil menembus New York Times Bestseller dalam kategori Fantasy Fiction.
    Kisah ini menceritakan tentang dua orang gadis yang bersahabat, namun bertolak belakang. Sophie, gadis yang feminin, suka memakai sesuatu yang berwarna pink, dan pemurah. Namun sayangnya, dia tidak ikhlas jika menolong orang. Dia bersikap seolah-olah baik di mata orang-orang, supaya dapat diculik oleh Sang Guru, penculik yang membawa anak-anak dari desa Gavaldon untuk dibawa ke Sekolah Kebaikan dan Kejahatan yang berada jauh di Negeri Dongeng, yang dibatasi oleh Hutan Tak Bertepi.
    Sementara itu, Agatha, adalah gadis yang penyendiri, suram, selalu memakai baju hitam (alasannya supaya tidak kotor), dan memelihara kucing yang suka memakan burung. Kebalikan dari Sophie, justru Agatha takut diculik oleh Sang Guru. Oleh karenanya, dia selalu mengejek Sophie karena Sophie selalu mengimajinasi akan menjadi Putri ternama di Negeri Dongeng.
    Tapi, sayang seribu sayang, mereka akhirnya diculik oleh Sang Guru dan terjadi suatu kekeliruan. Sophie malah dibawa ke Sekolah Kejahatan, sementara Agatha ditaruh di Sekolah Kebaikan. Karena berbeda tempat itulah, mereka berdua memohon untuk pulang kembali ke Gavaldon, namun dengan satu syarat saja: Mereka berdua harus memecahkan teka-teki dari Sang Guru yang misterius itu.
    Selain itu, di Sekolah Kebaikan dan Kejahatan, mereka berdua bertemu dengan Prince Charming Tedros, anak dari Raja Arthur dan Ratu Guinevere, yang melibatkan cinta segitiga antara Sophie, Agatha, dan Tedros.
    Cerita ini juga menggambarkan akhir yang berbeda dan tak terduga. The School for Good and Evil seri pertama ini akan berlanjut ke The School for Good and Evil 2: A World Without Princes, yang juga berhasil menembus New York Times Bestseller juga.
    Surat yang diberikan untuk Anak Ever. Dari Prof. Dovey            
    REVIEW:

                Pertama kali aku lihat novel ini sih, di Goodreads. Nah, karena covernya yang lumayan menggugah rasa penasaranku, makanya aku cari beberapa sinopsis dan langsung ngacir ke toko buku. And then, dapat juga walaupun bikin kanker (kantong kering) karena harganya. Dan ternyata lagi, ceritanya baguuusss banget. 
    Kalau boleh jujur, dibuku pertama ini aku lebih memihak pada Agatha. Tapi, semakin ke akhir, aku juga makin memihak Sophie. Coba bayangin, kalau apapun yang menjadi milik kita, ternyata diambil oleh sahabat kita sendiri? Nyesek kan?
                Dan lagi, aku jujur aja ya, enggak suka sama si Tedros, yang kata Agatha cowok arogan bau. Ya iya kenapa gak nyebelin? Orangnya suka plin-plan dan mengarang cinta sejatinya sendiri! Seharusnya, cinta sejatinya tuh Agatha, kok malah berkata bahwa cinta sejatinya Sophie yang jelas-jelas Jahat dan Penyihir? Ckckck!
                Nah, sebagai nilai, aku kasih buku ini 4 dari lima bintang, karena plot, penokohan, plus alur ceritanya bagus dan memadai.
                Oke deh. Sampai jumpa di artikelku tentang novel keduanya, Dunia Tanpa Pangeran. Sampai jumpa!

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © - Sabila Purya Berbagi Cerita

    Sabila Purya Berbagi Cerita - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan